Waktu peristlwa itu tengah berlangsung tiba-tiba terjadi kebakaran, dan dengan kebakaran itu mulailah awal dari Chinezenmoord yang sangat terkenal dalam Iembaran sejarah tanah Jawa itu. Tiap-tiap orang Tionghoa yang melihat rumahnya terbakar dan harta bendanya di rampas menjadi sangat bengis memendam amarah. Hari-hari yang menakutkan berikutnya terjadl di Batavia. Pemerintah Tinggi kompeni Belanda sendiri seolah membiarkan kejadian ini.
Untuk kedua kalinya orang-orang Tionghoa dari luar kota kemudian datang menyerang Diespoort. Serangan yang pertama mereka lakukan pada tanggal 8 Oktober malam, tetapi tidak berhasil. Pintu gerbang Dies merupakan titik pertahanan yang sangat penting bagi kota Batavia. Jika pintu gerbang itu berhasil mereka rebut, berarti mereka telah dapat mencekam jantung hati kota Batavia. Namun, seperti halnya dengan serangan mereka yang pertama, serangan mereka yang kedua itu pun tidak berhasil. Bahkan, dalam serangan itu mereka kehilangan pemimpin mereka yang paling tinggi.
Adriaan Valckenier yang waktu itu menjadi gubernur jenderal kompeni Belanda di Batavia mengeluarkan, surat perintah untuk menertibkan keadaan dengan jalan mengeluarkan orang-orang Tionghoa dari dalam penjara dan rumah sakit untuk kemudian membunuhnya. Perintah celaka itu terjadi pada tanggal 10 Oktober 1740 dan segera diikuti dengan pembunuhan keji di berbagai tempat. Betapa hebatnya kekejian telah berkecamuk di Batavia pada waktu itu.
Tetapi, seperti halnya dengan lautan yang sekali waktu pasti akan surut kembali setelah pasang naik berhari-hari. Demikian juga halnya dengan pembunuhan keji terhadap orang Tionghoa di Batavia tersebut. Walaupun di sana sini masih terjadi juga perampasan, suasana di dalam kota Batavia kian lama kian meneduh.
Untuk kedua kalinya orang-orang Tionghoa dari luar kota kemudian datang menyerang Diespoort. Serangan yang pertama mereka lakukan pada tanggal 8 Oktober malam, tetapi tidak berhasil. Pintu gerbang Dies merupakan titik pertahanan yang sangat penting bagi kota Batavia. Jika pintu gerbang itu berhasil mereka rebut, berarti mereka telah dapat mencekam jantung hati kota Batavia. Namun, seperti halnya dengan serangan mereka yang pertama, serangan mereka yang kedua itu pun tidak berhasil. Bahkan, dalam serangan itu mereka kehilangan pemimpin mereka yang paling tinggi.
Adriaan Valckenier yang waktu itu menjadi gubernur jenderal kompeni Belanda di Batavia mengeluarkan, surat perintah untuk menertibkan keadaan dengan jalan mengeluarkan orang-orang Tionghoa dari dalam penjara dan rumah sakit untuk kemudian membunuhnya. Perintah celaka itu terjadi pada tanggal 10 Oktober 1740 dan segera diikuti dengan pembunuhan keji di berbagai tempat. Betapa hebatnya kekejian telah berkecamuk di Batavia pada waktu itu.
Tetapi, seperti halnya dengan lautan yang sekali waktu pasti akan surut kembali setelah pasang naik berhari-hari. Demikian juga halnya dengan pembunuhan keji terhadap orang Tionghoa di Batavia tersebut. Walaupun di sana sini masih terjadi juga perampasan, suasana di dalam kota Batavia kian lama kian meneduh.
Adriaan Valckenier (1695-1751)
Tak lama kemudian pada tgl 11 October .1740 Pemerintah tinggi kompeni Belanda di Batavia mengeluarkan keputusan untuk dengan berbagai cara yang lunak mengembalikan para militer kembali ke tangsi-tangsi mereka diantaranya dengan jalan memberikan hadiah: enam ducat untuk para prajurit dan 12 dukat untuk para opsir. Enam hari lamanya penawaran ini telah di ulang-ulang dan ketertiban sekalipun pelan tetapi pasti sedikit demi sedikit tenang kembali lagi.
No comments:
Post a Comment