Tuesday, February 10, 2015

Semarang Berkobar

Setelah kompeni Belanda berhasil memadamkan pemberontakan orang-orang Tionghoa di Batavia, banyak di antara orang-orang Tionghoa yg telah kalah perang itu melarikan diri ke Jawa Tengah dan di tempat itu kembali meneruskan perlawanan mereka. Mereka dipimpin oleh seorang tokoh yang dalam sementara sumber sejarah pribumi terkenal dengan nama Kapitan Panjang atau Khe Pan-Jang.

Siapa sebenarnya Kapitan Panjang itu bukan merupa kan suatu pertanyaan yang dengan mudah dapat dijawab. "De gegevens betreffende Si Pa'ndjang zijn zeer vaag'' - "Keterangan-keterangan mengenai Khe Panjang sangat kabur", demikian pemah di katakan oleh Jan Rusconi dalam dissertasinya "Sja'ir Kompeni Walando Berperang Dengan Tionghoa" Voorzien Van Inhoudsongave En Aan teekeningen, yg berhasil di pertahankannya pada Rijks Universiteit Utrecht pada tahun 1935 dengan promotor Prof Dr J Gond.

Sekalipun demikian tidak berarti siapa sebenarnya yg dinamakan Kapitan Panjang itu tidak mungkin diidentifikasi. Setelah menyebutkan beberapa nama personalia dan berbagai sumber sejarah, Jan Rusconi akhirnya sampai pada kesimpulannya bahwa tokoh yg bernama Kapitan Panjang itu tidak lain dan tidak bukan ialah Ni Hoekong, seorang kapitan Tionghoa dari Betawi yang dibenum oleh kompeni Belanda untuk menduduki jabatan itu pada tgl 11 Septem ber 1736. Tetapi itu salah besar karena kenyataannya Nie Hoe Kong ditangkap di Batavia dan Khe Panjang terus berjuang di Jawa Tengah.

Kedatangan Kapitan Panjang dan gerombolannya di Jawa Tengah merupakan perangsang bagi orang-orang Tionghoa di daerah itu untuk akhirnya ikut bangkit melawan orang-orang Belanda yang berada dibeberapa kawasan di Jawa Tengah. Para penghasil tarum dan nila di Pati berhasil dibunuh dan pos kompeni Belanda di Juana berhasil pula direbut oleh 1000 orang Tionghoa. Akhirnya dengan bantuan orang-orang Tionghoa di Semarang mereka menyerang kantor pusat kompeni Belanda yang ada di Semarang.

Tionghoa kulon wetan Semarang semuanja mengikut Khe Pandjang berpuluh laksa tiada berhitung si sapu djagat dibawanja turun meriam besi boekan   tembaga pandjangnja lebih sebelas depa. Demikian dinyatakan dalam "Sjair Kompeni ' Welanda Berperang Dengan Tianghoa tersebut diatas,yang selanjutnya menceritakan:

Khe Pandjang jalan terlaloe ramai berdjalan joega malam dan siang sorak  gemoeroeh  boekan kepalang malam poen sampai ke Pergoeta diboebo'eh pasir tanah  dan bata setelah soedah hari poen siang katanja boenoeh Welanda di   Semarang sekalian Tionghoa mendengar kata serta lengkap dengan sendjata. Tionghoa datang laloe menjerboe negeri Semarang haroe biroe.

Di Semarang terjadi pertempuran yang sangat hebat, Orang-orang kompeni Belanda mendapat topangan dari para serdadunya yang berasal dari daerah-daerah seberang: orang-orang Melayu, orang-orang Johor, Kampar dan Patani dan lain-lain. Sementara itu orang-orang Tionghoa mempunyai seorang jago yang sangat berani bernama Sin She (tabib Tionghoa). Sing She pernah kehilangan kekasihnya dalam perang Jakarta. Tidak heran jika dalam perang Semarang dia menjadi sangat berangasan.

Melihat perawakannya, memang pantas sekali jika Sinshe menjadi seorang jago perang. Kecuali "kepalanja goendoel" dan "djanggoetnja pandjang sehingga poesat", perawakannya sedikit banyak mengingatkan kita pada Hercules. "Toeboehnja besar seperti kerbau, demikian kocak lukisan mengenai dirinya dalam "Sja'ir Kompeni Welanda Berperang Dengan Tjina" , tersebut diatas.

Orang-orang Tionghoa mengamuk membikin kalang kabut bala tentara kompeni Belanda.. Sebagian lagi menyerang komandan kompeni Belanda, namun sang komandan berhasil menyelamatkan dirinya.

Di manakah gerangan bupati Semarang pada waktu itu berada? Apakah dia melarikan diri bersekutu dengan para pemberontak? Dugaan itu memang benar. Laporan resmi dari Semarang tertanggal. 12 Juli mengabarkan bahwa bupati Semarang itu, yang nota bene merupakan seorang tumenggung peranakan Tionghoa dari daerah Gumulak, ternyata telah diangkat menjadi kepala oleh para pemberontak.

Pada tanggal 26 Juni 1741 pemerintah tinggi kompeni Belanda di Batavia menerima surat laporan dari majelis politik di Semarang, mengabarkan bahwa suasana di Semarang sangat menyusahkan serta mengadukan mengenai lemahnya komandan  Visscher. Karena itu mereka minta dengan cepat dikirimkan bala bantuan untuk memperkuat Semarang. Laporan tersebut mendapatkan penuh perhatian di Betawi Komandan Visscher kemudian diganti oleh kommandan Roos yang pada tgl. 30 Juni 1741 telah berangkat ke Semarang sambil membawa 150 orang serdadu, yang kemudian di susul lagi dengan kiriman sejumlah 250 orang serdadu.






Semarang Berkobar

No comments:

Post a Comment