Tuesday, February 10, 2015

Misteri Koloniale Tentoonsteling

Pada  masa  pecahnya  Perang Dunia II makam yang aneh itu masih ada sekali pun pada waktu itu tidak banyak orang Semarang yang mengetahiunya. Namun pada tahun  1946,  ketika  tempat yg semula digunakan  sebagai "audemanenhuis" itu telah dipakai     sebagai kompleks kantor polisi, ternyata makam yg terletak di atas gapura itu telah lenyap  hilang musnah bersama-sama dengan gapuranya,

Menurut informasi lenyapnya  makam aneh itu ada hubungannya dengan masalah transport. Karena pintu gerbang itu tidak bisa dimasuki oleh mobil polisi dan kendaraan-kendaraan  yang lain, pintu gerbang itu lengkap beserta makam pendirinya   yang dibongkar.

Dari  segi sejarah hal itu merupakan suatu tindakan yang  disayangkan, "Een oudheid ging hier verloren en ....     dit gebeurde door  een instantie van de in 1946 nog goed functionerende  regering van Nederlands-Indie" - "Sebuah kekunoan telah hilang di sini dan ......  ini terjadi oleh sebuah instansi dari sebuah pemerintah yang pada tahun 1946 masih merupakan pemerintahan yang berjalan dengan baik di Hindia Belanda" - demikian pernah dikatakan oleh Hein Buintenweg dalam bukunya "Land Waar De Gamelan Klinkt"(1973)


Menyinggung mengenai makam aneh yang pernah terdapat di Heerenstraat, orang-orang Semarang tentunya akan segera  teringat pada piramid-piramid yang terdapat di Mugas Atas yang sangat terkenal itu.

Sudah sejak lama piramid-piramid yang terletak di daerah itu oleh sementara kalangan telah dianggap sebagai kuburan dari orang-orang Belanda pada “zaman kuno”yang pernah bertempat tinggal di Semarang. Bahkan ada seorang penulis yang mencoba untuk menghubung-hubungkan dengan piramed-piramid Mesir yang terletak di gurun Sahara itu. Malahan belum cukup kemudian dibuat cerita-cerita sensasionil mengenai piramid.

Mereka yang belum pernah bertamasya dalam taman sejarah kota Semarang tentunya akan mudah terkecoh oleh cerita-cerita burung semacam itu. Pada hal piramid-piramid yang terletak di daerah Mugas Atas itu sebenar nya bukanlah merupakan kuburan dari orang-orang Belanda pada zaman kuno. Sebaliknya hanya merupakan puing dari suatu pasar malam raksasa yang pernah diadakan di kota Semarang pada tahun 1914 yang termasyur dengan nama "De Koloniale Tentoonstelling Te Se marang" yang hingga se karang belum belum bisa tertandingi baik mengenai kebesarannya maupun kemewahannya oleh daerah manapun di seluruh Indonesia termasuk Jakarta.

Pada waktu itu pasar malam raksasa tersebut diadakan di suatu kawasan yang terletak di sebelah selatan dari Jalan Pandanaran hingga Jauh ke daerah bukit yang sekarang ini termasuk daerah Mugas. Pada waktu itu bukit-bukit tersebut penuh sesak dengan aneka warna bangunan yang dengan sengaja didirikan utk kepentingan pasar malam raksasa itu, mulai dari paviliun, rumah makan, "muzicktent" dan lain-lain bangunan lagi, termasuk diantaranya piramid imitasi, tiruan darj piramid bangsa  Mesir kuno yang terletak di gurun Sahara itu.

Ir. Macline Pont, seorang insinyur yang telah beruntung diserahi kontrak menangani pembuatan proyek bangunan dalam pasar malam raksasa itu termuat dalam majalah Nederlndsch Indie Oud En Nieuw 1919-1920, dengan Judul De Koloniale Tentoonstelling Semarang.





Koloniale Tentoonstelling Te Semarang

2 comments:

  1. Mohon di cek, bahwa di pembukan Koloniale Tentoonsteling, PKW Krn, residen Semarang dalam sambutannya menyinggung piramida tersebut sebagai makam orang Jerman yang memang terlihat dari kawasan pameran. Ada peta rancangan McPont, tapi piramid itu berada di luar kawasan pameran. Cek Gadenboek Kolonile Tentoonsteling te Semarang 1914.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih pak akan di cek lagi

    ReplyDelete