Kyai Bustam
Pada waktu orang-orang Inggris mulai menyusun tata pemerintahannya di Semarang yang menjabat sebagai bupati di Semarang pada masa itu yalah Suro Adimenggolo V. Orang-orang Inggris ternyata tidak suka pada bupati Semarang itu. Dia kemudian dibuang ke Pasuruan dan meninggal di tempat pembuangannya itu.
Sebagaj bupati Semarang yang baru orang lnggris kemudian mengangkat seorang cucu dari Kyai Ngabehi Surodirjo yang pernah menjadi bupati Batang dan meninggal pada zaman Daendels.
Kyai Bustam adalah seorang tokoh yang cukup terkenal dalam sejarah tanah Jawa. Namanya disebut sebagai seorang "jurubasa" yang turut memegang peranan yang cukup penting dalam ' Babad Giyanti". Kyai Bustam memang seorang "jurubasa". Karirnya dimulai ketika dia berhasil mengabdi pada kompeni Belanda sebagai seorang penterjemah dan "interpretator" dgn pangkat "ngabehi" di Surabaya. Sebagai seorang pejabat Kyai Bustam ternyata sangat setia kepada tuannya. Kesetiaan nampak jelas ketika di Jawa pecah pemberontakan Tionghoa. Sementara para pejabat pribumi pada waktu itu telah beramai-ramai menyebrang pada Kanjeng Sunan di Kartasura atau ikut bergabung pada para pemberontak Tionghoa, Kyai Bustam tetap setia kepada kompeni Belanda. Kyai Bustam merupakan satu-satunya pejabat pribumi yang pada waktu itu telah berbuat demikian.
Tidak heran jika karena hal itu setelah kompeni Belanda berhasil menumpas pemberontakan Tionghoa tersebut, Kyai Bustam kemudian diberi hadiah sebidang tanah yang luas yang pada waktu itu berada di dekat 'kota'' Semarang, dan yang kemudian dengan mengambil namanya dinamakan kampung Bustaman, hingga masa sekarang ini. (Baharudin Marasutanfi. Raden Saleh 1807 - 1880. 1973)
Kyai Bustam juga turut memberikan andilnya dalam Perjanjian Gianti (I755), dengan perjanjian mana kemudian lahir kesultanan Yogtyakarta.
Kyai Bustam telah membuat banyak jasa pada kompeni Belanda. Tidak heran jika akhirnya dia sampai bisa diangkat menjadi "onder regent” di daerah Terboyo di dekat Kaligawe terkenal dan termasyhur hingga akhir hayatnya dengan nama Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam (1681-1759)
Kyai Bustam telah membuat banyak jasa pada kompeni Belanda. Tidak heran jika akhirnya dia sampai bisa diangkat menjadi "onder regent” di daerah Terboyo di dekat Kaligawe terkenal dan termasyhur hingga akhir hayatnya dengan nama Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam (1681-1759)
Apa dasarnya orang Inggris justru mengambil cucu dari Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam tersebut seorang yang dengan penuh kesetiaan telah mengabdikan dirinya hingga akhir hayatnya pada kompeni Belanda menjadi bupati di Semarang tidak kita ketahui dengan pasti. Sumbe-sumber Belanda tidak banyak memperbincangkan mengenai hal ini.
Dari sumber itu kita justru mengetahui suatu keterangan yang banyak menarik perhatian yaitu sekalipun keluarga Kyai Bustam sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dengan keluarga Suro Adimenggolo, sebagai bupati di Semarang ternyata cucu Kyai Bustam itu telah menggunakan nama Raden Adipati Suro Adimenggolo. Bagi orang Jawa di Semarang hal itu sudah terang sulit untuk diterima. Tidak heran jika sekalipun "de jure" dia menamakan diri nya Raden Adipati Suro Adimeggolo, namun rakyat Semarang pada waktu itu lebih suka menyebutnya Kanjeng Terboyo.
Mohon di cek foto di atas adalah foto Rade Saleh Syarif Bustaman, bukan Kyai Bustam sekalipun masih kerabat. Raden Saleh adalah pelukis modern Jawa pertama...
ReplyDeleteTerima Kasih Pak akan saya cek.
ReplyDeletepigimana saya mau yakin kebenarannya?
ReplyDeletemasang photo saja sak-sak'e
Enter your comment...maaf dari kanjeng terboyo memiliki 2 anak salah satu'y Raden Saleh (bukan R. saleh pelukis) lalu dari R. saleh tsb nama keturunan'y siapa saja?
ReplyDeleteItu kuburannya ada di rumah alm.pakde saya
ReplyDeleteMaaf RA. yang dimaksud kuburannya siapa ya? Kyai Bustam tersebut makamnya letak persisnya dimana ya? Mohon informasinya terimakasih
DeleteMaaf RA. yang dimaksud kuburannya siapa ya? Kyai Bustam tersebut makamnya letak persisnya dimana ya? Mohon informasinya terimakasih
ReplyDeleteDi bergota. Sebelah barat makam Adipati suro Adi menggolo. Kawasan bergota kabupaten
ReplyDeleteApakah ada hubungan dengan Raden Syahidin
ReplyDeleteKiai syarif Bustaman atau kiai kertoboso Bustam, memiliki putri yang menikah dengan bupati Semarang saat itu yaitu Surohadimenggolo IV.
ReplyDeleteSehingga Surohadimenggolo V adalah anak Surohadimenggolo V dan juga cucu Kiai Bustam Kertoboso.
Raden Saleh adalah keponakan dari Surohadimenggolo V.
Karena ibunda Raden Saleh adalah saudara sepupu Surohadimenggolo V.
Dan Raden Saleh dibesarkan dibiayai sekolah di Belanda oleh pamannya yaitu Surohadimenggolo V yang saat itu menjabat sebagai bupati Semarang.l
Benar memang keluarga Surohadimenggolo karena terlibat dalam perang Diponegoro, putra putranya dibuang ke Sumenep, meninggal dan dimakamkan disana.
ReplyDeleteSurohadimenggolo V sendiri dibuang ke Batavia... Namun hukuman tersebut dianulir dan beliau dikembalikan menjadi bupati Semarang, namun beberapa tahun kemudian meninggal dan dimakamkan di Terboyo Semarang. Dikenal oleh masyarakat semarang saat ini dengan sebutan makam Sunan Terboyo..
Karena penguasaan agama Islam beliau yg mendalam..( maklum beliau adalah cucu dari seorang syarif dari yaman, yaitu Syarif Bustam alias kiai Bustam Kertoboso).
Salah satu istri dari Surohadimenggolo V adalah putri KGPAA Mangkunegoro I.
sehingga anak dari pasangan ini yang bernama KRM Suryokusumo, dikemudian hari diangkat menjadi bupati di Semarang juga. Jejak sejarahnya masih ada yaitu pasar Suryokusumo di Semarang.
Beliau meninggal dan dimakamkan di pemakaman bupati bupati Semarang di bukit Bergota.
Saya kebetulan adalah turunan tingkat ke-4 dari KRMT Suryokusumo bupati Semarang tsb diatas.
Salam seduluran.
MS..
Mohon info kalau ada paguyuban trah kyai Bustam Kertoboso, sy tertarik utk menyambung silahturahim denga sedulur sesama keturunan kyai Bustam Kertoboso. Tks. Salan
ReplyDeleteMohon penjelasannya kiai bustam keturunan nabi juga?
ReplyDeleteHungungn nya kiai bustam dengan raden saleh seperti apa
Tks