Parade Plein
Di samping telah memiliki gedung Balai Kota, perlu juga dicatat bahwa pada masa itu hingga sekitar tahun 1830 di dalam kota Semarang juga sudah terdapat dua buah gereja. Yaitu sebuah gereja Protestan - gereja Imanuel alias gereja Blenduk dan yang sebuah lagi gereja Katholik yang pada masa itu masih menempati sebuah rumah tempat kediaman biasa yang terletak di jalan Raden Patah. tidak jauh dari gereja Blenduk.. Menurut penuturan A.H Pias gedung gereja Katolik itu ternyata telah dijadikan toko pada tahun 1894 dan terbakar disambar api, tidak ubahnya dg nasib yang pernah dialami oleh Balai Kota Semarang yang lama (Plas A, H. Van t oude Semarang en t verjongde Semarang. Termuat dalam majalah Eigen Haard 1911).
Pada masa itu baik gereja Protestan "Imanuel" mau pun gereja Katholik yang pertama di kota Semarang itu sama-sama terletak di suatu kawasan yang pada masanya disebut “Paradeplein” artinya “Lapangan Parade” suatu nama yang masih terus dipergunakan hingga masa-masa terakhir tempo doeloe.
Sesuai dengan namanya. tempat itu pada zaman kompeni memang dipergunakan sebagai tempat untuk mengadakan parade dan nama ini seperti halnya dengan nama-nama Westerwalstraat, Zuiderwalstraat. Oosterwalstraat dan Noorderwalstraat, jelas menunjukkan pula bhw pada waktu itu daerah yang dinamakan "kota Semarang" sebenarnya dulunya merupakan suatu "vesting", yakni satu tempat kediaman yang diperkuat atau suatu benteng (Swieten, Th. van Wande link door Semarang. Artikel termuat dalam majalah Berichten St, Claverbond 1901).
Dari "Paradeplein" baik-lah kita menuju ke jalan Mpu Tantular, khususnya menuju ke bagian dari jalan itu yang merentang mulai dari simpang tiga jalan Mpu Tantular dan jalan. Sleko menuju ke jalan. Kebon Laut. Di tempat itu sekarang ini kita masih dapat menyaksikan suatu bangunan yang cukup besar ditempati oleh Direktorat Jendral Kehutanan - Direktorat Perlindungan Dan Pengawetan Alam Semarang serta P.K.P.N. Kota Semarang. Melihat bentuknya gedung itu sepintas lalu memberi kesan bahwa dulunya merupakan sebuah bekas gedung sekolah. Dugaan semacam itu memang benar. Menurut berkas-berkas lama, gedung itu dulunya memang merupakan sebuah gedung sekolah bagi anak Belanda, bahkan merupakan gedung sekolah pertama bagi anak orang Belanda di Semarang. didirikan pada tahun 1823.
Tidak jauh dari sekolah umum bagi anak-anak Belanda itu, tepatnya di seberang utara dari kantor pos Semarang, atau lebih tepatnya lagi di kompleks kantor inspeksi pajak Semarang, pada isyarat itupun sebenarnya kita juga masih bisa menjumpai suatu tempat pendidikan lagi. Hanya saja bukan merupakan sebuah sekolah umum melainkan sebuah sekolah kedinasan, yakni sekolah militer.
Gedung kantor inspeksi keuangan Semarang yang lama sebenarnya adalah gedung bekas gedung sekolah militer tersebut. Sebelum ditempati oleh sekolah militer itu, gedung itu sendiri merupakan gedung tempat tinggal yang resmi dari gubernur pantai utara dan timur pulau Jawa, yang seperti telah kita ketahui pada masanya telah diberi nama "abhiseka" yang sangat indah, yakni "De Vrijheid" alias "Istana Merdeka". Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sejak awal abad ke-19, gubernur pantai utara dan timur pulau Jawa menempati sebuah istana baru yang terletak di akhir jalan Bojong, yang seperti telah kita singgung di muka dinamakan "Vredestein" alias "Istana Merdeka". Karena kepindahan itu, bekas tempat kediaman yang lama kemudian dipergunakan sebagai sekolah, yakni sekolah militer tersebut di atas.
Sesuai dengan namanya. tempat itu pada zaman kompeni memang dipergunakan sebagai tempat untuk mengadakan parade dan nama ini seperti halnya dengan nama-nama Westerwalstraat, Zuiderwalstraat. Oosterwalstraat dan Noorderwalstraat, jelas menunjukkan pula bhw pada waktu itu daerah yang dinamakan "kota Semarang" sebenarnya dulunya merupakan suatu "vesting", yakni satu tempat kediaman yang diperkuat atau suatu benteng (Swieten, Th. van Wande link door Semarang. Artikel termuat dalam majalah Berichten St, Claverbond 1901).
Dari "Paradeplein" baik-lah kita menuju ke jalan Mpu Tantular, khususnya menuju ke bagian dari jalan itu yang merentang mulai dari simpang tiga jalan Mpu Tantular dan jalan. Sleko menuju ke jalan. Kebon Laut. Di tempat itu sekarang ini kita masih dapat menyaksikan suatu bangunan yang cukup besar ditempati oleh Direktorat Jendral Kehutanan - Direktorat Perlindungan Dan Pengawetan Alam Semarang serta P.K.P.N. Kota Semarang. Melihat bentuknya gedung itu sepintas lalu memberi kesan bahwa dulunya merupakan sebuah bekas gedung sekolah. Dugaan semacam itu memang benar. Menurut berkas-berkas lama, gedung itu dulunya memang merupakan sebuah gedung sekolah bagi anak Belanda, bahkan merupakan gedung sekolah pertama bagi anak orang Belanda di Semarang. didirikan pada tahun 1823.
Tidak jauh dari sekolah umum bagi anak-anak Belanda itu, tepatnya di seberang utara dari kantor pos Semarang, atau lebih tepatnya lagi di kompleks kantor inspeksi pajak Semarang, pada isyarat itupun sebenarnya kita juga masih bisa menjumpai suatu tempat pendidikan lagi. Hanya saja bukan merupakan sebuah sekolah umum melainkan sebuah sekolah kedinasan, yakni sekolah militer.
Gedung kantor inspeksi keuangan Semarang yang lama sebenarnya adalah gedung bekas gedung sekolah militer tersebut. Sebelum ditempati oleh sekolah militer itu, gedung itu sendiri merupakan gedung tempat tinggal yang resmi dari gubernur pantai utara dan timur pulau Jawa, yang seperti telah kita ketahui pada masanya telah diberi nama "abhiseka" yang sangat indah, yakni "De Vrijheid" alias "Istana Merdeka". Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sejak awal abad ke-19, gubernur pantai utara dan timur pulau Jawa menempati sebuah istana baru yang terletak di akhir jalan Bojong, yang seperti telah kita singgung di muka dinamakan "Vredestein" alias "Istana Merdeka". Karena kepindahan itu, bekas tempat kediaman yang lama kemudian dipergunakan sebagai sekolah, yakni sekolah militer tersebut di atas.
No comments:
Post a Comment