Tuesday, February 10, 2015

Khe Pan-Jang

Pada tgl. 4 Juli 1741 ada berita dari Semarang bahwa orang orang Tionghoa telah berhasil menguasai daerah pesisir dengan maksud untuk memutuskan hubungan dgn kapal-kapal, sedangkan di kawasan sebelah selatan mereka telah memperkuat diri, hingga orang-orang di Semarang akan terisolasi seluruhnya dari luar, andaikata  mereka tidak segera menerima bantuan yang luar biasa. Berhubung dengan itu pemerintah tinggi kompeni Belanda di Batavia segera memberangkatkan bala tentara baru untuk memperkuat Semarang di bawah pimpinan mayor Berghopman Steinmetz, yang dalam "Sjair Kompeni Walanda Berperang  Dengan Tionghoa" disebut "mayor Berkoman".

Menurut pengarang syair kuno tersebut, (ditulis pada th. 1817) kedatangan "Mayor  Berkoman" itu telah membuat ngeri Khe PanJang. Dari tempat pertahanannya di Bergota dia segera memerintahkah untuk membuat benteng pertahanan, tebalnya lebih tiga depa. Peristiwa itu terjadi pada tgl. 12 Juli 1741 dan 11 hari berikutnya orang-orang Tionghoa itu telah menyerang kompeni Belanda. Serangan itu berhasil dengan sukses namun orang-orang Tionghoa itu kemudian dapat dipukul mundur.

Seperti halnya bala tentara kompeni Belanda di Semarang yang lama, bala tentara    kompeni yang baru datang dari Betawi di bawah pimpinan mayor Steinmetz itupun  terdiri dari banyak orang-orang Jawa. Dari sejumlah 1400 orang yang mengikutinya dari  Batavia 1200 orang diantaranya terdiri dari orang-orang Jawa dan hanya 200 orang saja terdiri dari orang-orang Eropa.

Mereka banyak yang berasal dari daerah-daerah seberang diantaranya dari Bugis,  Ternate Sumbawa dan Makasar. Yang  terakhir berada di bawah pimpinan seorang daeng bernama Daeng Mebela. la. seorang kapitan yang baik budi namun tingkah lakunya menurut pengarang "Syair Kompeni Walanda Berperang Dengan Tionghoa" sangat perlente.

Dalam peperangan itu Daeng Mebela beruntung dapat menemukan seorang jago perang Tionghoa yang sangat berani, tidak kurang beraninya dari Sinshe, namanya Kapitan Sabuk Alu. Seperti halnya dengan Sinseh, selama perang di Jakarta Kapitan Sabuk Alu telah kehilangan isterinya yang sangat dicintainya, tertawan oleh kompeni Belanda. Karena itu dia merasa sangat sedih hatinya dan sekaligus menyandang dendam kesumat. Sambil berada diatas kudanya Kapitan Sabuk Alu segera menentang perang Daeng Mebela. Daeng Mebela kontan bangkit marah-nya. Dalam peperangan ini banyak yang mati.

Dari Semarang sebagian dari para pemberontak Tionghoa itu menuju ke Kaliwungu dan ditempat itu mengadakan huru-hara. Yang menjadi sasaran utamanya ialah Ki Rangga, kepala daearah di tempat itu. Dalam pemberontakan itu keluarga Ki Rangga tertawan oleh para pemberontak. Ki Rangga sebenarnya adalah pengikut Kanjeng Sunan di Kartasura. Tidak heran ketika Kanjeng Sunan mendengar tragedi Kaliwungu itu, Kanjeng Sunan bangkit marahnya. Mengapa?

Perang Semarang berlangsung lebih dari lima bulan lamanya. Mula-mula kemenangan berada di tangan orang-orang kompeni Belanda, namun periode berikutnya kemenangan itu berhasil direnggut oleh para pemberontak Tionghoa. Sayang hal itu tidak berlangsung lama, orang-orang kompeni Belanda berhasil menguasai medan peperangan dan akhirnya berhasil mengalahkan para pemberontak Tionghoa hingga mereka terpaksa melarikan diri ke luar kota.

Menurut sumber-sumber sejarah Belanda, akhir dari peristiwa sejarah yang sangat penting itu di dahului dgn tiga serangan yang sangat berarti. Dalam serangan yang pertama tgl 7 November 1741 orang-orang kompeni Belanda berhasil memukul mundur para pemberontak hingga mereka melarikan diri. Dalam kesempatan itu orang-orang kompeni Belanda berhasil merebut 50 pucuk meriam. Serangan kedua terjadi dua hari berikutnya. tgl 9 Nopember 1741. Dalam serangan ini kompeni Belanda berhasil merebut kembali daerah pesisir yang terletak di sebelah timur Semarang. Ada pun serangan yang ketiga dan yang terakhir terjadi pada tgl 13 Nopember 1741 ditujukan untuk merebut benteng-benteng para pemberontak Tionghoa. Tidak heran jika dalam serangan itu banyak terjadi pertumpahan darah. Benteng-benteng para pemberontak Tionghoa itu berhasil direbut dan para pemberontak melarikan diri dari kejaran bala tentara kompeni Belanda.


Pembunuhan Tionghoa Di Kali Besar Batavia 1740

No comments:

Post a Comment