Tentang sekolah militer Semarang ini kita merasa beruntung bisa mendapatkan bahan-bahan yang lumayan dalam sumber-sumber sejarah Belanda. Dari sumber-sumber itu dapat kita ketahui diantaranya bahwa sekolah militer Semarang itu ternyata telah didirikan dengan suatu besluit dari para komisaris Jendral yang pada waktu itu merupakan suatu majelis yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan Belanda di Nusantara. Besluit itu tercantum dalam Staatsblad tahun 1818 Nr. 13 dan 17
Adapum maksudnya pendirian ialah untuk para pemuda agar bisa menjadi perwira dan pasukan yang ada di Hindia Belanda, selanjutnya menjadi perwira dari angkatan laut, sebagai petugas dari jawatan pengairan dan pengukur tanah . Ketika pertama kali dibuka pada tgl 10 Agustus 1818, sekolah itu mempunyai 73 orang murid yang uniknya kecuali menerima pelajaran dari berbagai macam, juga menerima pelajaran dalam bahasa Jawa dan Melayu yang untuk keperluan tersebut dengan sengaja telah diangkat dua orang guru khusus.
Diantara 93 orang murid yang pernah bersekolah di tempat itu,menurut catatan ternyata 67 orang dari pada nya telah berhasil menjadi perwira, sementara tiga orang bahkan telah bisa mencapai pangkat yang sangat tinggi: menjadi "Generaal Majoor" (Tijdschrift van Nederlamlsch Indie, 1880).
Sayang, karena alasan "penghematan keuangan" semenjak tahun 1825 sekolah militer itu telah menyatakan diri tidak menerima lagi murid baru dan dengan Staatsblad tahun 1826 Nr 41 dinyatakan bahwa sekolah militer Semarang tsb, terhitung mulai dari tgl 1 September 1826 telah dihapuskan dan tempatnya digunakan untuk memberi pelajaran bahasa Jawa dan Melayu.
Ada suatu episode yang menarik yang saya kira perlu dicatat mengenai sekolah militer Semarang itu, yakni bahwa sekolah kejuruan tersebut ternyata tidak bisa dilepaskan dari sejarah lahirnya perkataan "kadet", suatu perkataan yang khas Semarangan itu.
Menurut keterangan yang dapat kita jumpai dalam buku Liem Thian Yoe "Riwayat Semarang" (1931 - 1933) perkataan "kadet “ yg terkenal itu sebenarnya ada kaitannya dengan riwayat sekolah marine yang pernah didirikan di Semarang, yakni di jalan. Perkutut, tidak Jauh dari kantor pabrik rokok "Prau Layar". Keterangan semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekhilafan, karena seperti ternyata dari sebuah artikel yang termuat dalam "Algemeen Handelsblad van Ned. Indie" yang terbit pada tahun 1931 perkataan "kadet" yang sangat masyhur dan benar-benar "aseli" Semarang itu sebenarnya justru tidak ada hubugannya dengan riwayat sekolah marine, melainkan sebaliknya justru erat sekali kaitannya dengan riwayat sekolah militer Semarang.
Awal mula kelahiran per kataan "kadet" itu ialah demikian: Pada waktu itu para kadet (pelajar) dari sekolah militer tersebut kalau pergi ke pasar atau ke warung-warung yang ada di dekat sekolah. Mereka sering makan tanpa bayar. Karena kebiasaan tersebut, para pedagang yang ada di pasar itu lalu berusaha untuk mengadakan seorang penjaga dengan tugas memberi tahu kepada mereka kapan para kadet dari sekolah militer itu datang. Demikian lah tiap kadet-kadet itu datang ke pasar, penjaga itu lalu memberi kode dengan mengatakan "kadet-kadet", hingga para pedagang itu dengan cepat bisa mengemasi dan menyimpan barang-barang dagangannya. Semenjak saat itu dan dengan kejadian itu perkataan “kadet" akhirnya menjadi suatu perkataan yang sangat populer dan memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia di Se marang digunakan dalam arti khusus yang sangat menyimpang dari arti aselinya, yakni sebagai "tukang ngemplang''.
Diantara 93 orang murid yang pernah bersekolah di tempat itu,menurut catatan ternyata 67 orang dari pada nya telah berhasil menjadi perwira, sementara tiga orang bahkan telah bisa mencapai pangkat yang sangat tinggi: menjadi "Generaal Majoor" (Tijdschrift van Nederlamlsch Indie, 1880).
Sayang, karena alasan "penghematan keuangan" semenjak tahun 1825 sekolah militer itu telah menyatakan diri tidak menerima lagi murid baru dan dengan Staatsblad tahun 1826 Nr 41 dinyatakan bahwa sekolah militer Semarang tsb, terhitung mulai dari tgl 1 September 1826 telah dihapuskan dan tempatnya digunakan untuk memberi pelajaran bahasa Jawa dan Melayu.
Ada suatu episode yang menarik yang saya kira perlu dicatat mengenai sekolah militer Semarang itu, yakni bahwa sekolah kejuruan tersebut ternyata tidak bisa dilepaskan dari sejarah lahirnya perkataan "kadet", suatu perkataan yang khas Semarangan itu.
Menurut keterangan yang dapat kita jumpai dalam buku Liem Thian Yoe "Riwayat Semarang" (1931 - 1933) perkataan "kadet “ yg terkenal itu sebenarnya ada kaitannya dengan riwayat sekolah marine yang pernah didirikan di Semarang, yakni di jalan. Perkutut, tidak Jauh dari kantor pabrik rokok "Prau Layar". Keterangan semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekhilafan, karena seperti ternyata dari sebuah artikel yang termuat dalam "Algemeen Handelsblad van Ned. Indie" yang terbit pada tahun 1931 perkataan "kadet" yang sangat masyhur dan benar-benar "aseli" Semarang itu sebenarnya justru tidak ada hubugannya dengan riwayat sekolah marine, melainkan sebaliknya justru erat sekali kaitannya dengan riwayat sekolah militer Semarang.
Awal mula kelahiran per kataan "kadet" itu ialah demikian: Pada waktu itu para kadet (pelajar) dari sekolah militer tersebut kalau pergi ke pasar atau ke warung-warung yang ada di dekat sekolah. Mereka sering makan tanpa bayar. Karena kebiasaan tersebut, para pedagang yang ada di pasar itu lalu berusaha untuk mengadakan seorang penjaga dengan tugas memberi tahu kepada mereka kapan para kadet dari sekolah militer itu datang. Demikian lah tiap kadet-kadet itu datang ke pasar, penjaga itu lalu memberi kode dengan mengatakan "kadet-kadet", hingga para pedagang itu dengan cepat bisa mengemasi dan menyimpan barang-barang dagangannya. Semenjak saat itu dan dengan kejadian itu perkataan “kadet" akhirnya menjadi suatu perkataan yang sangat populer dan memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia di Se marang digunakan dalam arti khusus yang sangat menyimpang dari arti aselinya, yakni sebagai "tukang ngemplang''.
Pabrik Rokok Prau Layar
No comments:
Post a Comment