Tuesday, February 10, 2015

Pemberontakan Tionghoa


 Penbunuhan Orang Tionghoa Di Depan Balai Kota Batavia

Pada bulan Oktober tahun 1740 di Batavia terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan berupa pembunuhan orang-orang Tionghoa dlm kepustakaan sejarah Belanda  peristiwa itu sangat terkena, termasyhur dengan nama De  Chinezenmoord artinya secara harfiah "pembunuhan keji ' (terhadap) orang-orang Tionghoa.

Sejak jaman Gubenur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, di tanah Jawa sudah banyak terdapat orang Tionghoa. Dalam abad ke-17 jumlah mereka kian lama kian meningkat. Mereka berkembang dengan pesatnya di daerah pesisir utara pulau Jawa sambil mendesak masuk ke daerah-daerah pedalaman. Orang-orang kompeni Belanda itu berusaha untuk mencegah mereka masuk ke daerah-daerah pedalaman  dengan  jalan  mengharuskan mereka utk memiliki surat izin masuk. Tetap reka daya itu ternyata tidak kuasa mencegah. Orang-orang  Tionghoa  itu terus datang dan menetap di daerah pedalaman. hingga di Katasura yang waktu itu menjadi pusat kerajaan Mataram, orang-orang Tionghoa pada masa itu telah berhasil mendirikan sebuah kompleks Pecinan (Graaf. H J De. Geschiedenis Van Indonesie. 1949).

Rasa gelisah orang-orang kompeni Belanda tersebut memang ada dasarnya. Sebagai mana di kemukakan oleh Dr H J De Graaf, hal itu nampak  nyata dari pemberontakan  orang-orang Tionghoa yang  seperti telah kita ketahui dipimpin oleh seorang syah bandar Tionghoa dari Semarang bernama Toanko (Cf. Graaf H J De Moord op Kapitien Francois Tack. 1935).

Di Batavia sendiri rasa gelisah semacam itu juga terjadi. Adapun pokok pangkalnya bertumpu pada jumlah orang-orang Tionghoa yg berada di kota itu, yang sangat  besar jumlahnya. Banyak diantara mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan. Hal itu sudah terang sangat berbahaya. Untuk memecahkan masalah sosial itu, kompeni Belanda kemudian mengharuskan mereka utk  memiliki surat ijin bertempat tinggal, yang dapat di perpanjang jika telah habis waktunya. Namun upaya itu ternyata malah kian membuat kusutnya masalah, karena surat ijin tersebut ternyata telah diperjual-belikankan oleh banyak pejabat kompeni. Akibatnya di kalangan, orang-orang Tionghoa di Batavia timbul kegelisahan (Cf.Vermeulen, J Th.De Chineezen te Batavia en de toerbelen van 1740, 1938).

No comments:

Post a Comment