Namun usia kabupaten Semarang yg baru itu tidaklah begitu lama. Setelah tujuh tahun lamanya memegang tampuk pimpinan, Mas Tumenggung Wongsorejo meninggal dan digantikan oleh Mas Tumenggung Prawiro proyo yang oleh R. Ng. Cokrowikromo disebut Kyai Ingabehi Towiproyo. Ternyata bupati Semarang yg baru dan berasal dari Kajoran itupun tidak suka pada kabupaten Semarang yang baru saja dibangun oleh Mas Tumenggunq Wongsorejo Itu dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan pusat kabupaten Semarang ke kampung Sekayu, kira-kira di kawasan yg sekarang ini dinamakan kampung Sekayu Tumenggungan.
Mas Tumenggung Towiproyo hanya memerintah selama empat tahun. Setelah itu selama empat tahun lamanya kabupatan di Semarang dijaga oleh tiga orang bupati. Siapa nama ketiga orang bupati itu sepertj kita ketahui tidak disebutkan dalam artikel "De Regenten van Semarang" yang termuat dalam publikasi "Semarang Als Industrieel, Commercieel En Cultureel Centrum" (1941). Menurut R. Ng. Cokrowikromo mereka itu sebenarnya ialah Kyai Ingabehi Noyomerto, Kyai Ingabehi Diyomenggolo dan Kyai Ingabehi Hartroyudo. Nah, pada masa istrahat inilah menurut R. Ng. Cokrowikromo pusat kabupaten Semarang untuk ketiga kalinya dipindahkan lagi tempatnya, kali ini ke suatu tempat sekarang masih dinamakan kanjengan. Bilamana pasti-nya hal itu dilakukan dan oleh siapa tidak dijelaskan oleh R. Ng. Cokrowikromo baik dalam serat pakem-nya maupun dalam artikel-nya mengenai daftar urutan para bupati di Semarang yg pernah dimuat dalam harian “De Locomotief”.
Kanjengan
No comments:
Post a Comment