Wednesday, February 11, 2015

Panorama Semarang Seusai Pemberontakan Tionghoa

Mesjid Semarang

Pemberontakan Tionghoa yang terjadi di Semarang semenjak tanggal 14 Juni sampai 13 Nopember 1741 telah meninggalkan kesan yg cukup dalam bagi masyarakat Semarang yang hidup pada masa itu. Daerah Pecinan yang pada masa pemberontakan tersebut menjadi ajang pusat pertahanan orang Tionghoa "telah terbakar seluruhnya" demikian pernah dikatakan oleh H. Bosboom dalam sebuah ceramahnya mengenai peta-peta kuno kota Semarang di pertemuan umum perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kuns ten en Wetenschappen pada tahun 1904 (Bosboom. H. No ta Bij Semarang's Oude Kaarten. 1904).

Dalam kesempatan itu Bosboom juga, menerangkan bahwa pemberontakan orang orang Tionghoa di Semarang juga telah minta korban sejumlah rumah yang terbakar. disamping "de Javaansche tempel" artinya "candinya orang orang Jawa  sementara yg dimaksud ialah '"mesjid besar" Semarang. ;

Menurut H Bosboom mesjid besar Semarang pada masa itu terletak disebelah timur laut dari kanjengan dan berada ditepi sebelah kiri sungai. Setelah terbakar mesjid itu lalu dipindahkan tempatnya ke sebuah kawasan yang terletak di sebelah barat laut dari kanjengan. Jadi ditempat dimana mesjid besar Semarang sekarang ini berdiri.

Seperti halnya sebelum meletusnya Perang Semarang, setelah kompeni Belanda berhasil memadamkan pemberontakan orang Tionghoa itu, Semarang berada dibawah kekuasaan seorang  penjabat dengan pangkat kommandeur. Sebagai "kommandeur van Java's Noord-Oostkust" dia merupakan seorang ponguasa tertinggi di seluruh wilayah pantai utara dan timur tanah Jawa.
Namun keadaan semacam itu tidak berjalan lama. Setelah kompeni Belanda berhasil merenggut lebih banyak daerah lagi di sebelah utara pantai tanah Jawa dari kerajaan Mataram, sebagai akibat dari perjanjiannya dengan Sunan Paku Buwono II pada tanggal 11 November 1743, semenjak tahun 1748 kompeni Belanda akhimya mengambil keputusan untuk mcngangkat seorang gubernur sebagai penguasa tertinggi di seluruh kawasannya yang sangat luas itu. Dan yang beruntung bisa menduduki jabatan sebagai "Gouverneur van Java's Noord - Oostkust" yang pertama di Semarang itu tidak lain ialah kommandeur kompeni Belanda di Semarang sendiri, yakni Von Hohendorff (Kuiper. K.C. Oud En Nieuw Semarang. 1935).

Sebagai "Gubernur pantai utara dan timur tanah Jawa" waktu itu Von Hohendorff membawahi beberapa buah "karesidenan". Karesidenan itu dari barat sampai ke timur ialah Tegal, Pekalongan, Semarang. Jepara, Juana, Rembang, Gresik, Surabaya dan Ulupampang, di samping Sumenep dan Madura (Van Heuven. G.B.J. lets Over Oud-Semarang. 1932). Seperti halnya "kommandeur van Java's Noord - Oost kust", waktu itupun "gubernur pantai utara dan timur tanah Jawa" bertempat tinggal di bangunan yang sekarang ini terletak tidak begitu jauh dari sudut jalan. Raden Patah dan Jalan. Mpu Tantular yang menuju ke arah Kebon Laut.



No comments:

Post a Comment