Tuesday, February 10, 2015

Kwee Lak Kwa

Seperti kita ketahui, baik di Tegal maupun di Semarang hingga dewasa ini masih dapat kita jumpai klenteng-klenteng tempat memuja Kwee Lak Kwa. Bahkan khususnya di Tegal seperti halnya di daerah Slawi dan Banjaran, tiap tahun sekali, tiap tahun baru Imlek tiba, masyarakat Tionghoa di kota tersebut, telah mengadakan pawai untuk mengarak toapekkong Kwee Lak Kwa keliling kota dengan pengharapan untuk mendapat berkahnya. Perlu juga dicatat, bahwa di samping  masyarakat Tionghoa, nelayan peribumi yg beragama Islam-pun banyak juga yang mengikuti prosesi untuk memandikan patung Kwee Lak Kwa di laut itu, dengan harapan jala-jala mereka tiap tahun akan penuh dengan ikan.

Siapakah sebenarnya Kwee Lak Kwa? Dalam buku "Riwajat Semarang" karangan Liem Thian Joe dapat kita jumpai dua buah dongengan mengenai tokoh ini. Diceritakan, pada bagian pertama abad ke-18, di Semarang tinggallah seorang saudagar Tionghoa dari marga Kwee. Siapa namanya sayang  tidak  diketahui. Waktu itu orang hanya mengenalnya dengan nama Kwee Lak Kwa, artinya tuan Kwee Lak. Dia sangat terkenal sebagal seorang saudagar yg. baik dan sering pergi mengembara ke berbagai tempat untuk berdagang. Perjalanan-nya kadang-kadang memakan waktu hingga puluhan   hari lamanya dan sering pula dilakukan dengan perahu yang penuh dengan aneka warna barang dagangan. Di beritakan juga dalam pelayaran itu selalu ikut   seorang pegawainya pribumi yang sangat setia.

Pada suatu hari Kwee Lak Kwa pergi berlayar ke Tegal. Namun ketika perahunya telah sampai di muara, segerombolan bajak telah siap menyambutnya. Mereka ingin merampok perahunya yang sarat dengan barang dagangan yang mahal. Melihat ini Kwee Lak Kwa dengan berani melawannya. Tidak lama kemudian datanglah angin topan dan ombak besar menyapu perahu yg sedang dikerumuni oleh para kawanan bajak tersebut hingga lebur bersama seluruh isinya dan gerombolan bajak yang mengerumuninya. Karena kejadian itu, orang orang Tionghoa lalu menggangap Kwee Lak Kwa bukan orang sembangan. Bahkan sebagian mengatakan, dia telah naik jadi dewa, oleh karena itu orang orang Tionghoa-pun kemudian memberikan gelar kepadanya Ta Hay Ci Jin.

Dongengan lain menuturkan setelah Kwee Lak Kwa menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan barang-barang dagangannya, dia segera mandi tukar pakaian. Setelah itu dia lalu menggelar sebuah tikar halus di atas laut. Tikar itu nampak, mengambang dan rata seakan-akan digelar di atas tanah. Bersama pegawainya yang sangat setia, Kwee Lak Kwa kemudian meloncat ke atasnya. Dalam sekejap saja di tempat itu lalu berhembus angin yang sangat wangi dan Kwee Lak Kwa bersama pegawainya yg setia itu menghilang.

Semenjak kejadian tsb, konon kabarnya para kenalan Kwee Lak Kwa sering menjumpai dia berada di berbagai tempat, kadang-kadang di tengah jalan, di daerah pedesaan. Ajaibnya, pertemuan itu justru terjadi pada waktu yang sama dan di berbagai tempat: berbeda seperti di Demak, di Semarang, di Buyaran dan sebagainya. Kejadian inilah yang kemudian mendewakan dia. Di daerah Tegal, dongengan mengenai Kwee Lak Kwa itu berbeda benar dengan yang beredar di Semarang, sebagaimana. ceritanya dapat kita jumpai dalam buku "Riwayat Semarang” karangan mendiang Liem Thian Joe.

Kwee Lak Kwa sebenarnya salah seorang tokoh masyarakat. Tionghoa yang telah ikut terlibat dlm perang Semarang dan setelah orang2 kompeni Belanda berhasil menumpas pemberontakan orang-orang Tionghoa di Semarang itu, seperti halnya dengan Khe Pan-jang, Kwee Lak Kwa kemudian melarikan diri ke luar kota, yakni ke Tegal. Namun tempat itu kemungkinan besar tidak aman baginya, hingga kemudian dia menghilang.
 

Itu cerita Kwe Lak Kwa. Di semarang juga ada kelenteng keluarga Kwe. Apakah kelenteng ini ada hubungannya dengan Kwe Lak Kwa?

Kelenteng Kwee Lak Kwa di Tegal

No comments:

Post a Comment