Gedong Batu 1987
Daerah yang terletak di seberang barat Kali Garang, di mana sekarang ini berdiri klenteng Sam Po Kong, pada awal abad ke-15 sebenarnya sudah merupakan sebuah tempat pemukiman yang ramai yang kecuali didiami oleh orang-orang yang beragama Syiwa juga didiami oleh banyak orang-orang Tionghoa. Tapi, kapan mereka mulai bermukim di daerah itu merupakan suatu pertanyaan yang tidak mungkin dapat dijawab dengan pasti.
Mengenai hal ini dalam sebuah artikelnya mengenai Semarang Kuno (Oud Semarang) J.R. Van Berkum yang semasa hidupnya pernah menjadi bibliothecaris di Semarang, pernah mengajukan suatu dugaan .bahwa sebelum tahun 1000 Masehi sebenar¬nya sudah banyak terdapat orang-orang Tionghoa yang bertempat tinggal di daerah Gedong Batu.
Karena adanya pemukiman orang-orang Tionghoa tersebut ketika Cheng Ho alias Sam Po Toa Lang datang mengunjungi berbagai daerah di Nusantara juga tidak lupa mengunjungi daerah Semarang, khususnya menyambangi koloni orang Tionghoa perantauan yang :terietak di seberang barat Kali Garang tersebut di atas. Bahkan menurut tradisi masyrakat Tionghoa sampai dua kali
Kunjungan Cheng Ho itu mau tidak mau telah menggoda kita pada kesimpulan bahwa pada waktu dia datang ke sana, yaitu pada dasawarsa kedua dalam abad ke 15 daerah Gedong Batu setidaknya sudah merupakan suatu daerah koloni orang-orang Tionghoa yang cukup penting.
Kunjungan Cheng Ho itu mau tidak mau telah menggoda kita pada kesimpulan bahwa pada waktu dia datang ke sana, yaitu pada dasawarsa kedua dalam abad ke 15 daerah Gedong Batu setidaknya sudah merupakan suatu daerah koloni orang-orang Tionghoa yang cukup penting.
Menurut tradisi masyarakat Tionghoa di Semarang, tidak lama setelah Cheng Ho datang ke Gedong Batu, kawasan yang pernah disinggahinya itu ternyata telah dianggap sebagai tempat yang bertuah. Banyak orang orang Tionghoa dari tempat tempat lain di tanah Jawa datang dan bermukim di sana untuk mendapatkan berkahnya. Bahkan lebih dari itu, orang-orang Tionghoa yang bertempat tinggal di daerah itu akhirnya membangun sebuah klenteng yang khusus digunakan untuk memuja Ceng Ho yang setelah meninggal dia dianggap telah menjadi dewa. Demikianlah, dari seorang tokoh sejarah akhirnya Cheng Ho telah menjelma menjadi seorang tokoh keramat.
No comments:
Post a Comment